@@Kenniro71 saya mau buat konten untuk internasional, hehe 😄
@Stellariaandira
2 күн бұрын
Kalo bahas soal tokoh tokoh agama itu sesuai dengan fakta sejarah. Mungkin aku bisa setuju, okelah eksistensi mereka bisa dibuktikan, sejarah mencatat mereka. Yang jadi masalah adalah klaim klaim teologis mereka atau pengikutnya seolah olah klaim kebenaran yang mereka sampaikan itu suatu kebenaran yang absolut hanya karena sejarah yang meriwayatkan, mencatat, atau ngegosipin, paling parah mereka sering menggiring klaim teologi mereka sebagai klaim sejarah(ofc itu klaim sejarah menurut sumber internal mereka, tapi itu subjektif dan ga universal). Diantara banyaknya tulisan tulisan kesaksian tersebut, gaada yang ngomongin soal metode apa yang mereka gunakan untuk membuktikan kesaksian mereka (aku ga menerima metode rela mati karna itu gabisa diuji, dan seperti yang mas Fuad bilang, itu lelalu sempit). Pake contoh tokoh dimasa kini yang lagi viral grgr bisa ngomong ama malaikat dan semut, mama gufron. Bahkan dijaman ini ya, jaman modern dia punya banyak pengikut. Kita yang berada dijaman ini bisa membantah klaim klaim dari dia gitu, dan kita dengan ilmu pengetahuan sakarang ini bisa mendeskripsikan dia itu orang seperti apa. Dengan adanya penelitian, jurnal jurnal, study kasus, apalagi kita punya ilmu tentang psikologis, kita gampang kok bilang kalo dia itu gangguan jiwa (dan inget bawah gangguan jiwa ga selalu offensive, brutal, dsb kadang dari mereka masih mampu bersikap manis). Nah yang jadi pertanyaan adalah, gimana jadinya kalau orang kayak mama gufron ini lahir atau hidup ditahun tahun sebelum masehi, awal masehi, atau 1400 tahun yang lalu dengan mennggunakan prespektif orang orang pada masa itu, dengan pengetahuan dan budaya pada masa itu. "Memungkinkan" ga sih mama gufron mampu memberikan influence yang sama dengan tokoh tokoh agama lainnya? "memungkinkan" ga sih kalau ada orang yang percaya lalu berusaha menyebarkan informasi ke tempat tempat lain dengan cara yang sesuai dengan jaman itu?
@grafiano90
Күн бұрын
Saya theis.. Tapi saya beranggapan bahwa sifat Tuhan yang dijelaskan di suatu kitab itu sebenarnya masih Tuhan yang bersifat manusiawi, contoh : Tuhan bersifat Maha Melihat, Maha mendengar, dan seperti yang juga dibahas di video yaitu Tuhan punya rasa jealous.. Hal yang membuat kontradiktif adalah : Di suatu sisi disebutkan bahwa "Tuhan tidak serupa dengan mahkluk-Nya", tapi di banyak ayat sendiri Tuhan seolah diserupakan suatu mahkluk yaitu manusia, baik dari penjelasan panca indera-Nya maupun emosional-Nya..
@muhamadsyahrulrasyidin8681
Күн бұрын
Dari awal sampai akhir, pembahasannya menarik banget. Di sini, izinkan saya memberikan sudut pandang saya. Pertama, mengenai kalam kosmologis argumen, tentu saja kita masih belum bisa membuktikannya secara empiris. Seperti yang dikatakan Bang Fuad, eh mohon maaf kalau namanya salah ya, Saya nggak tahu pakai huruf f atau huruf v. Seperti yang dijelaskan beliau, bahwa sudut pandang yang mendukung keberadaan atau ketidakberadaan awal dari alam semesta ini sama-sama kuat. Secara saintifik, belum ada keputusan final mengenai Apakah alam semesta ini memiliki awal ataukah tidak. Tapi, sebagai seorang theis, saya membandingkan kemungkinan antara alam semesta yang tidak berawal atau alam semesta yang memiliki awal. Dari perbandingan yang saya coba renungi, sebenarnya ketidak berawalan sesuatu itu tidak meruntuhkan kemungkinan bahwa sesuatu itu memiliki awal. Misalnya kayak gini. Bayangin kita ada di sebuah gurun pasir. Kita berjalan berpuluh-puluh kilo meter di gurun pasir itu. Setelah kita merasa lelah, kita berkata bahwa gurun pasir ini tidak ada ujungnya karena kita sudah berjalan dengan jarak yang jauh, namun kita belum juga mencapai ujung dari gurun pasir itu. Pernyataan kita bahwa gurun pasir itu tidak memiliki akhir itu tidak meruntuhkan kemungkinan bahwa gurun pasir itu sebenarnya punya ujung, tapi kita belum sampai aja ke ujung itu. Begitu pula Ketika kita mencoba untuk terus berjalan beberapa puluh kilo meter ke depan lagi, lalu kita mengeluhkan hal yang sama. Hal itu tidak meruntuhkan kemungkinan bahwa gurun pasir ini punya ujung. Contoh lainnya, kita bisa bayangin ketika manusia bisa menciptakan suatu alat yang dapat membuat manusia hidup abadi. Ketika seseorang mengklaim bahwa dirinya bisa hidup abadi karena sebuah alat, klaim orang itu bahwa dia bisa hidup abadi tidak dapat meruntuhkan kemungkinan bahwa beberapa hari ke depan, beberapa minggu ke depan, beberapa bulan ke depan, beberapa tahun ke depan, atau di masa depan nanti, dia akan mati. Jadi, klaim keabadian seseorang itu tidak menggugurkan kemungkinan bahwa dia akan mengalami kematian di masa depan nanti, sehingga begitu pula dengan ketidak berawalan alam semesta ini. Mungkin, suatu saat kita bisa membuktikan bahwa big Bang bukan awal dari alam semesta dan ada sebuah proses sebelum big Bang yang menandakan bahwa bigbang bukan awal dari alam semesta. Tapi, sejauh apapun para ilmuwan mengobservasi peristiwa-peristiwa ke belakang alam semesta, hal itu tidak meruntuhkan kemungkinan bahwa alam semesta ini punya titik awal, hanya saja kita belum mencapai titik awal itu. Kalau Bang Yadi menjelaskan bahwa dalam dunia kuantum, fluktuasi kuantum membuktikan bahwa sesuatu bisa muncul begitu saja, sebenarnya kan muncul begitu saja ini adalah ungkapan yang kita gunakan, karena kita belum tahu penyebab dari terjadinya fluktuasi kuantum. Muncul begitu saja itu bukan berarti tidak ada penyebab dari munculnya fluktuasi kuantum itu. So, menurut saya pribadi sih, secara logika, kalam kosmologis argumen masih lebih powerful dibandingkan ketidak berawalan alam semesta, karena hal itu sangat sulit untuk dibayangkan.Mengenai pembicaraan antara agama Islam dan Kristen, Saya tidak mau terlalu menanggapi sih, karena bagi saya Ini ranahnya sudah masuk ke dalam perbandingan agama, bukan pembahasan antara theis dan ateis, atau teis dan naturalis. Yang pasti, setiap agama itu punya kritikannya sendiri dari segi teks kitab suci ataupun sejarah agama itu sendiri. Yesus Kristus memang tokoh sejarah, tapi mengenai sumber-sumber gospel yang mencatat itu sendiri ada kritikan-kritikannya. Jadi, kritikan tentang teks-teks Bibel sih yang lebih menjadi fokus dari para sekularis atau ahli-ahli perjanjian baru, bukan kritikan atas karakter Yesus Kristus itu sendiri sebagai tokoh sejarah. Yesusnya sendiri Memang disepakati sebagai tokoh sejarah, tapi sumber-sumber gospel yang mencatat Yesus itu sendiri yang sebenarnya jadi bahan diskusi. Oke, kita lanjut pada argumen moral yang sedang dibicarakan. Nah, ini menarik. Kalau Bang Fuad mendasari moral pada survive atau bertahan hidup, kemudian survive atau bertahan hidup ini harus tidak mengganggu stabilitas kelompok atau society, berarti kalau saya melakukan tindakan apapun, selama itu tidak mengganggu kestabilan society atau kelompok, hal itu adalah hal yang bermoral? Misalnya gini. Saya membeli seekor kucing dan saya bawa kucing itu ke rumah. Di rumah, saya bunuh kucingnya dan saya masak kucing itu, tapi saya nggak ngasih tahu apa yang saya lakukan pada masyarakat luas. Hal itu hanya diketahui oleh diri saya sendiri. Apakah hal itu jadinya bermoral? Karena, satu kucing Yang saya beli itu tidak akan mempengaruhi jumlah kucing secara signifikan di dunia dan keputusan saya untuk nggak pernah ngasih tahu hal ini sama orang banyak itu juga membuat stabilisasi society atau kelompok menjadi tidak mengganggu. Begitu pula kalau ada suku-suku primitif yang tidak terjangkau oleh internet dan teknologi, suku-suku primitif yang tidak kita ketahui karena menutup diri, kemudian mereka melakukan hal-hal yang kita anggap sebagai sesuatu yang kejam, tetapi tidak mengganggu stabilisasi kelompok manusia di dunia, karena mereka tertutup dan jarang diketahui orang, serta dari kelompok mereka sendiri tidak terganggu society-nya karena sudah menjadi kebudayaan di wilayah mereka, apa yang mereka lakukan bukan sesuatu yang tidak bermoral dong. Sebab, apa yang mereka lakukan tidak mengganggu stabilisasi masyarakat di dunia. Saya pribadi masih skeptis kalau moral objektif itu bisa dibangun atau didasari atas bertahan hidup, Karena tiap orang memiliki cara tersendiri untuk bertahan hidup. Masih belum cukup menurut saya untuk menjadikan bertahan hidup atau survive sebagai moral objektif, Karena tiap wilayah, bahkan wilayah yang terpencil sekalipun, mereka punya adat istiadat sendiri dan moral sendiri yang berbeda. Oleh karena itu, moral itu harus sesuatu yang berasal dari luar diri manusia agar bisa menjadi objektif.
@thechannel8437
Күн бұрын
Awalnya saya tonton, dan lihat topiknya ada tentang kebangkitan yesus. Saya kira bang faud kristen jadi membahas kebangkitan yesus. Namun ketika dikatakan lazarus bangkit dan saat yesus meninggal kuburan lainnya juga di bangkitkan. Dari sini jelas bang faud bukan kristen dan tidak pernah baca Alkitab, dan mungkin merupakan muslim. Sedikit dari saya, bahwa lazarus di bangkitkan itu dalam alkitab. Dan yang membangkitkannya adalah yesus. dan perihal kuburan lain ada yang bangkit saat yesus meninggal itu tidak ada. Kalau dalam alkitab, yesus punya kuasa memberi dan mengambil. Ketika ingin menyelesaikan nya yesus katakan "sudah selesai" (disini yesus memberikan) dan saat kebangkitannya ialah (mengambil kembali). Dan mengapa di katakan yesus jalan, kebenaran dan hidup ? Karena yesus lah yang menunjukkan hal itu, terutama akan kebangkitannya (hidup). Maka ketika mengikut yesus kamu akan hidup. ibarat mau mengatakan ahli beladiri tapi ga ahli dalam beladiri, bagaimana ? gitu teologinya. Maka kata para rasul dan di alkitab tertulis, kalau yesus itu tidak di salib, mati dan bangkit sia² semuanya.
@nagacore1706
23 сағат бұрын
Up
@EvanCartin
Күн бұрын
Ketiadaan Abadi 1. Banyak orang menganggap Tuhan sebagai entitas yang sederhana dan kekal. 2. Keyakinan akan satu Tuhan sering kali tidak didukung oleh bukti nyata. 3. Jika Tuhan adalah makhluk yang personal, seharusnya ada bukti fisik untuk keberadaan-Nya. 4. Imajinasi dapat menciptakan konsep, tetapi itu tidak cukup untuk membuktikan adanya Tuhan. 5. Jika Tuhan adalah entitas yang sederhana, keberadaan-Nya seharusnya lebih jelas terlihat. 6. Tanpa bukti, hal-hal yang tidak terlihat sulit dianggap nyata. 7. Tuhan yang dianggap sederhana dan personal tampaknya hanya hasil ketiadaan dan imajinasi. 8. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Tuhan tidak ada.
@rudiibnuanwar3848
2 күн бұрын
Next diskusi Dari kalangan beragama yg cocok diskusi ini menurutku pak agus mustofa. Dari saintis dr. Ryu hasan 😁
@dionbenandito2025
Күн бұрын
Harusnya undang abdul muin banyal (bawah pohon science) untuk bahas aspek fisikanya.
@muhamadsyahrulrasyidin8681
Күн бұрын
Mengenai the problem of evil, sebenarnya kan problemnya adalah ketika kita menyimpulkan bahwa Tuhan yang maha pengasih dan penyayang itu bisa dikatakan demikian jika memberikan sesuatu yang manusia sukai. Padahal, orang tua pun memberikan sesuatu yang tidak anaknya sukai itu bisa dikatakan sebagai ungkapan kasih dan sayang orang tua pada anaknya. Karena, apa yang menurut orang tua baik itu belum tentu merupakan apa yang disukai anak itu. Jadi, justru orang-orang yang mempercayai akan keberadaan Tuhan, mereka bisa melihat penderitaan sebagai sesuatu yang masih mengandung kebaikan di dalamnya. Nah, mengenai hewan sendiri, jika hewan mengalami penderitaan di saat manusia sudah ada, Tuhan menciptakan manusia untuk membantu hewan itu agar tidak menderita. Tapi, ketika hewan-hewan itu hidup di saat manusia belum ada, maka makna hewan-hewan itu menderita adalah sebagai jembatan evolusi agar kita sebagai manusia bisa lahir dan hidup. Manusia kan bisa muncul dari proses evolusi dan proses evolusi itu berawal dari hewan-hewan sebelumnya. Jadi, kalau hewan-hewan sebelumnya nggak ada, manusia juga nggak akan mungkin ada. Selain itu, Coba kita pikir-pikir lagi deh. Kenapa kita yang harus menyimpulkan makna hidup dari hewan? Kalau Tuhan itu ada, Tuhan juga kan akan memberikan kemampuan hewan untuk memahami alam semesta dengan cara yang berbeda dan dengan kesimpulan nilai-nilai yang berbeda. Kita mengatakan para hewan tidak bisa mengambil hikmah atau nilai, bukan karena para hewan itu memang sama sekali tidak bisa, tapi karena kita tidak bisa memahami isi pikiran hewan seutuhnya. Memahami hewan dari sudut pandang humanisme itu absurd. Sulit bagi kita untuk mengidentifikasi, Apakah hewan-hewan itu punya kesadaran ilahiyah atau tidak. Apakah hewan-hewan itu menyimpulkan rasa sakit yang mereka terima sebagai penderitaan atau tidak. Begitu pula dengan seorang bayi. Kita sendiri pada saat bayi nggak pernah ingat mengenai Apa yang membuat kita senang dan bahagia. Jadi, kalau ada seorang bayi yang diperkosa hingga meninggal, itu Justru lebih baik daripada bayi yang diperkosa tapi tidak dibunuh, sehingga dia punya pengalaman buruk yang mungkin dia ingat hingga dia dewasa. Tapi, bayi yang hidup hingga dia dewasa pun juga akan memiliki support dari orang-orang di sekitarnya. Jadi, Apakah bayi yang diperkosa dan meninggal itu bisa memiliki makna? Bagi kita sebagai manusia yang mengetahui peristiwa itu, kita bisa memaknai bahwa bayi itu justru disayangi Tuhan makanya bayi itu tidak dibiarkan hidup setelah diperkosa, karena akan menciptakan trauma yang mungkin nggak akan bisa dilupakan. Tapi, bayi yang Tuhan biarkan hidup meskipun diperkosa itu juga menandakan bahwa Tuhan sayang sama dia, ketika Tuhan menyediakan orang-orang yang peduli dan memberikan support pada dia. Kalau dari sudut pandang bayi itu sendiri, bayi yang diperkosa hingga meninggal itu kan berada dalam kondisi kesadaran yang belum seperti kesadaran kita sebagai manusia dewasa. Jadi, penderitaannya pun nggak akan sama seperti apa yang kita alami ketika kita sudah dewasa. Jangankan penderitaannya, Seperti yang saya bilang tadi, kita aja lupa sama apa yang membuat kita bahagia ketika kita masih bayi dulu. So, kita nggak bisa nyimpulin kalau dari sudut pandang bayi itu sendiri, karena bayi itu sendiri belum ngerti apa itu penderitaan. Nah, Saya mau menanggapi analogi Bang Yadi tentang seseorang yang tenggelam dan kita berada di tempat itu ketika melihat orang tersebut tenggelam. Jadi begini Bang. Tuhan itu memberikan informasi kepada kita bahwa apa yang Tuhan tetapkan pada kita adalah hal yang baik dari sudut pandang Tuhan. Tuhan nggak ngasih tahu mengenai alasan mengapa baik atau tidaknya, makanya saya atau mungkin beberapa orang beranggapan bahwa kita tidak tahu apa maksud Tuhan menetapkan sesuatu. Tapi karena Tuhan memberikan clue bahwa apa yang Tuhan tetapkan kepada manusia adalah hal yang baik. Jadi, asumsi yang kita buat mengenai alasan tuhan itu juga harus alasan-alasan yang baik,, berdasarkan dari informasi Tuhan yang kita ketahui. Makanya, orang-orang beragama itu cenderung mengambil hikmah atau pelajaran-pelajaran baik dari segala macam peristiwa. Kesimpulan-kesimpulan itu karena Tuhan memberitahu bahwa apa yang Tuhan tetapkan adalah hal yang baik, bukan berarti alasan-alasan itu adalah alasan-alasan yang sebenarnya Tuhan tetapkan, karena kita nggak pernah tahu apa alasan atau seperti apa pemikiran Tuhan. Tuhan juga mengajarkan kita untuk melakukan perbuatan baik, jadi ketika saya berada di satu tempat dan melihat orang lain yang tenggelam, saya akan bantu orang lain itu berdasarkan perintah Tuhan untuk melakukan kebaikan. Tapi, kalau usaha saya membuahkan hasil yang percuma dan saya gagal untuk menyelamatkan dia, saya pasti akan menyesal dan menyalahkan diri saya, tapi saya akan berangsur bisa menerima peristiwa itu karena saya yakin bahwa peristiwa itu adalah ketetapan Tuhan yang baik. Jadi, saya tetap akan berusaha untuk menyelamatkan orang yang tenggelam itu, nggak langsung nyimpulin kalau peristiwa yang saya lihat adalah peristiwa yang baik menurut Tuhan. Mengenai nama-nama Tuhan yang baik, dalam hal ini Asmaul Husna dalam agama Islam, kita kan perlu mengerti bahwa Tuhan yang menciptakan moral, tapi Tuhan tidak dinilai oleh moral. Jadi, ketika Tuhan merendahkan, Ketika Tuhan membunuh, hal-hal itu tidak menjadi sesuatu yang tidak bermoral, karena Tuhan sendiri tidak dinilai oleh entitas lain yang lebih tinggi atau Tuhan itu sendiri bebas dari moral. Oleh karena itu, kita menganggap Asmaul Husna sebagai nama-nama Tuhan yang baik, karena Tuhan sendiri yang memberikan klaim bahwa dia menetapkan sesuatu yang, baik.
@ApriadiYadi
Күн бұрын
@@muhamadsyahrulrasyidin8681 email me. Mari ngobrol langsung via zoom.✌️
@ApriadiYadi
Күн бұрын
Silakan email saya, mari kita diskusikan problem of evil ini via Zoom :)
@RuruRuru145
7 сағат бұрын
Yesus dan Joseph Smith sangat berbeda. - Ketika Joseph Smith sengaja "kabur" dan menjauh dari peradaban bahkan kabur dari Ohio sedangkan Yesus justru tidak menghindar pada saat penyaliban beliau. Pelayanan Yesus berkali2 dilakukan justru di bukit zaitun bahkan di hadapan musuh2nya. Hal ini jelas dikatakan Yesus sendiri saat persidangan Beliau. - Kedatangan Yesus sendiri diwartakan di perjanjian lama dan Dia membuktikan bahwa Dia menggenapi perjanjian lama dengan tindakan2 yang dia lakukan. Tipologi antara perjanjian lama dan injil yang memperjelas penggenapan ini pun bisa dicek. Joseph Smith mengklaim bahwa dirinya menggenapi wahyu Ilahi tapi "wahyu ilahi" yang dimaksud oleh Joseph Smith hanya diwartakan kepada dirinya dan tidak bisa dicek. Alasan yang diutarakan beliau mengenai kenapa kedatangan beliau seolah tidak pernah ada di perjanjian lama adalah karena kitabnya sudah diubah saat penulisan
@freedodolan
2 күн бұрын
Tak ada metode utk kesana. Bukti tidak mampu berdiri sendiri tanpa premis. Premis bergantung pada asumsi. Jadi semua serba dugaan. Bhkan fakta ilmiah yg dianggap kokoh sekalipun tak dpt berdiri tanpa premis. Kesimpulan misteri yg tidak terpecahkan.
@ApriadiYadi
2 күн бұрын
@@freedodolan Ga ada bukti empiris, tetapi dengan adanya argumen cukup untuk memutuskan mana yang lebih reasonable
@aguspare1992
Күн бұрын
10:16 - "Langkah teologisnya jarang dipaparkan Craig" Langkah teologis yang dimaksud si fubiphilosophy adalah bahwa penyebabnya Tuhan. Aneh dia... Craig SELALU memaparkan kenapa penyebab semesta adalah Tuhan. Bahkan ini jelas sekali di debat ya dengan scientist macam Lawrence Krauss dll. Sebab Krauss etc berpendapat bahwa Universe is self causing, sehingga Craig harus mempertahankan bahwa itu salah dan yang menyebabkan adalah Tuhan 11:49 - Kita belum pernah benar-benar meng-observe infinity itu sendiri... Kita juga nggak tahu infinity itu seperti apa." Pertama, kita tidak perlu observe untuk tahu sesuatu itu benar. Misalnya matematika. Itu tidak perlu di observe kita bisa tahu kalau benar. Dan kita itu tahu infinity apa. Hanya karena kita tidak bisa membayangkan sesuatu, bukan berarti kita tidak bisa mengetahui hakekat dari sesuatu. Katakanlah bangun segi 200. Sulit bagi kota membayangkannya. Tapi karena kita sudah tahu konsepnya maka kita bisa tahu hakekatnya (sebagaimana kalau kita tahu rumusnya, maka segala soal ujian bisa diselesaikan). Ok, itu saja. Kurang dalam memang filosofi Indonesia. Apalagi ini cuma anak muda Indonesia yang mencoba main filosofi. Tapi ya gak papa. Kalau tidak mulai dari merangkak, kapan bisa berlari kencang? But anyway, filosofi membuktikan bahwa Tuhan itu ada.
@samsulbahri3039
2 күн бұрын
Apa kamu tidak percaya dengan aku...
@syasya3722
2 күн бұрын
Semua hal yang kontingen, memiliki sebab2 eksternal bagi keberadaannya. Hal ini mustahil berlangsung secara terus menerus tanpa akhir. Karenanya mesti ada sebab non-kontingen. Tapi sebab ini di deskripsikan secara apofatik dengan ditiadakan dari bahasa2 konseptual manusia yang terjebak dalam dualisme. So, sebab ini non-personal, non-impersonal, non-knowing, non-not knowing dst. Dengan sederhananya mirip nibbana/ nirwana dalam Budshisme.
@tanpatembokproject
2 күн бұрын
Yang dimaksud mas fuad di 48:40, dari teis 0 ke teis 1 itu tidak mungkin terjadi diluar waktu. Sementara argumennya waktu baru ada di teis 1. Jadi, tidak mungkin ada penciptaan waktu diluar waktu itu sendiri. Teis 0, kondisi dimana hanya ada Tuhan dan waktu tidak ada, mustahil bisa terjadi.
@coldcoffee1563
Күн бұрын
Sebenarnya mudah memberikan argumentasi tandingan untuk menyangkal kebangkitan Jesus apalagi ketuhanan Jesus. Jika orang Kristen memiliki argumentasi yg berupa catatan sejarah,yg mana seperti Josephus,padahal dia cuma melaporkan ada orang yg meyakini Jesus bangkit. Maka dalam sejarah Kristen mula-mula juga ada kelompok Yahudi-Kristen yg disebut Ebionit yg menolak Jesus bangkit dari kubur dan menolak kalau Jesus itu Tuhan semesta alam,bahkan Ebionit itu juga menolak Paulus. Ebionit ini orang Yahudi,yg secara logika juga menjadi saksi mata Jesus,mendengarkan pengajaran Jesus dan para murid. Tp ajaibnya keyakinan mereka bertolak belakang dengan kekristenan mainstream sekarang. Dan kalau mereka dianggap bidat sesat,itupun di abad 4. Jadi selama itu mereka ya berdampingan dengan Kristen mainstream tp rival dalam masalah teologi. Ya sebenarnya teori yg masuk akal itu kalau cerita kebangkitan Jesus itu dilebih-lebihkan. Mencari validasi dari orang-orang non Yahudi yg mana kental dengan pemikiran Pagan kalau Tuhan menjelma jadi manusia,bangkit dari kematian,dan sebagainya. Gw lupa nama teorinya,tp pas podcast sama Manembah Ministry dia ngomongin nama teorinya,yg mana kisah-kisah tersebut ditulis belakangan,terus dia membantah kalau gap kematian Jesus dengan penulis PB itu cuma beberapa puluh tahun. Ya gimana ya,kalau menulisnya di luar Israel,untuk orang Goyim (non Yahudi),pake bahasa Yunani. Distorsi-distorsi kisah bisa memungkinkan terjadinya,dan meskipun gap nya singkat,kalau yg non Yahudi sudah terlanjur meyakininya mau gimana lagi,yg ada ya saling keras kepala dan saling membidatkan. Yahudi-Kristen punya pandangan sendiri,yg Goyim Kristen punya pandangan sendiri. Kebetulan di masa depan yg menang padangan Kristen Romawi.
@RuruRuru145
7 сағат бұрын
Argumen "orang-orang Ebionit" justru gagal menyangkal kebangkitan Yesus karena mereka punya insentif untuk menolak Ketuhanan Yesus sebagai orang Yahudi. Dengan menolak kebangkitan Yesus, mereka bisa tetap menjadi orang Yahudi yang saleh sambil tetap meneladani ajaran moral Yesus. Sebaliknya, Josephus dan Tacitus tidak memilki insentif apapun untuk mencatat kebangkitan Kristus. Sebaliknya, lebih besar keuntungan bagi mereka kalau mereka bisa membuktikan bahwa Yesus tidak pernah bangkit dari kematian yang mana bisa dengan mudah dilakukan sebagai sejarawan dengan menunjukkan di mana sebenarnya letak tubuh Yesus. Klaim bahwa Yesus tidak bangkit dari kematian bisa dibantah mungkin apabila ada salah satu dari murid Kristus (dari 11 orang yang tersisa saat itu) yang memberikan kesaksian bahwa Kristus tidak bangkit. Lucunya, mereka semua satu suara bahkan sampai rela dibunuh daripada menyangkal kebangkitan Kristus. Kalau dipikir2 insentifnya lebih besar kalau mereka pada abad pertama itu bergabung dengan para ebionit saja. Secara keseluruhan, klaim bahwa orang Kristen itu memiliki Tuhan yang mati itu sendiri sudah bodoh apalagi mematok iman mereka pada satu kejadian kebangkitan yang bisa dengan mudah disangkal. Cukup tunjukkan saja tubuh Yesus Kristus ada di mana di abad pertama dan kekristenan akan runtuh seketika tanpa sempat tersebar dulu.
@webbenar8684
2 күн бұрын
51:11 abstract object 19:11 2 theory waktu
@fariqfauzi4641
Күн бұрын
undang dr ryu hasan bang
@GEREJAKATHOLIK
2 күн бұрын
Lu ngapain ngurusin agama yang dianut manusia di bumi ini? Gak ada manfaatnya, lebih baik lakukan hal yang baik dan positif bagi dunia ini serta alam semesta! Daripada ngedebatin ginian!
@EdiJartoyo
2 күн бұрын
Lebih nggak manfaat, malah merugikan, nyuruh org berhenti utk belajar, encourage org utk berpikir kritis dengan komen kaya gtu. Get a life. Lu juga ngapain ngurusin hobi dan hidup individu asing yg nggak lu kenal, njir.
@GEREJAKATHOLIK
2 күн бұрын
Menjauhlah dari saya, sebab saya tidak mengenal anda!
@kikiwibowo8475
2 күн бұрын
hahaha
@ramaazhari2247
2 күн бұрын
@@kevinca4933gak bermanfaat bang. nanti umat nya turun..
@kevinca4933
2 күн бұрын
Pertama, mengatakan "tidak ada manfaatnya" justru melibatkan sebuah asumsi yang sangat subjektif. Bagi sebagian orang, diskusi tentang agama, moralitas, dan eksistensi Tuhan adalah hal yang sangat penting dalam memahami tujuan hidup dan membangun dasar tindakan yang "baik dan positif", yang mana kamu sendiri anjurkan. Kedua, soal menjauhi debat. Justru diskusi yang sehat membantu kita memahami sudut pandang yang berbeda, menggali kebenaran, dan mencapai pengertian yang lebih dalam-bukankah itu juga memberi manfaat pada dunia ini? Setiap topik punya kontribusi tersendiri, baik pada pemahaman pribadi maupun pada orang lain yang mendengarkan.
Пікірлер: 50