selamat datang di Selancar Waktu
#kerissangkelat #tosanaji #selancarwaktu
Keris Kyai Sangkelat pertama kali dibuat di zaman kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Kertabumi oleh Mpu Supo Mandrangi atas perintah Sunan Kalijaga.
Nama Sangkelat sendiri berasal dari bahasa jawa, yaitu singkatan dari sengkel ati ne yang artinya marah atau kesal. Hal ini sesuai dengan keadaan Kerajaan Majapahit saat itu
Kerajaan Majapahit saat itu sedang dalam berada di kondisi kelam akibat ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan pemerintahan yang kerap mengutamakan kaum pengusaha dibading rakyat jelata.
Keris Kyai Sangkelat pernah berhadapan dengan Keris Nogo Sosro dan Keris Sabuk Inten. Pertarungan ini melambangkan kondisi Kerajaan Majapahit kala itu
Keris Nogo Sosro dan Keris Sabuk Inten merepresentasikan kaum pengusaha, sementara Keris Kyai Sangkelat mewakili kaum jelata.
Keris Kyai Sangkelat sendiri memang diciptakan untuk menandingi kesaktian Keris Nogo Sosro dan Keris Sabuk Inten.
Kerajaan Majapahit pada suatu ketika dilanda wabah penyakit atau pagebluk Banyak kalangan rakyat jelata menjadi korban. Di lingkungan istana baik para sentana dan abdi dalem juga banyak yang menjadi korban.
Dalam babad Demak dikisahkan, mereka yang pagi sakit sorenya meninggal, begitu juga sebaliknya sore hari terserang sakit paginya sudah membujur jadi jenazah.
Mengapa ini terjadi? Karena adanya aura negatif keris Kiai Condong Campur yang konon dibuat dari besi yang dihuni oleh makhluk-makhluk halus dan makhluk hitam,
Pada masa itu sebenarnya keris ini dibuat untuk mengatasi perselisihan di antara golongan atas yang terdiri dari anggota kerajaan, bangsawan, dan orang kaya dengan golongan bawah yaitu rakyat jelata. Karena itulah dipanggil sekitar 100 orang empu (orang bijak, pembuat keris) untuk membuat satu keris pemersatu bangsa.
Sebulan setelah keris itu disimpan di ruang pusaka keraton, di wilayah kerajaan Majapahit, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terjadi wabah penyakit sampar (pagebluk). Wabah kali ini jauh lebih ganas dan berbahaya daripada yang sebelumnya pernah terjadi.
Pada kejadian wabah pagebluk yang sebelumnya pernah terjadi, berbagai ritual gaib dan keagamaan diselenggarakan, namun wabah tersebut tidak juga mereda. Tetapi setelah keris Kyai Nogososro dikeluarkan dari sarungnya dan diarak keliling keraton, barulah wabah itu mereda. Kesaktian keris Nogososra berhasil mengatasi wabah yang terjadi.
Tetapi kali ini sekalipun berbagai ritual gaib dan keagamaan telah juga dilakukan dan keris-keris Nogososro telah dikeluarkan dari sarungnya dan diarak keliling keraton, wabah tersebut tetap saja tidak mereda. Bahkan semua pusaka keraton juga sudah dikeluarkan, tapi wabah tersebut tetap juga tidak mereda.
Sebenarnya Majapahit saat itu sudah memiliki satu keris yang dianggap sakti mandraguna. Keris itu bernama Nogososro/Sabuk Inten, merupakan salah satu keris legendaris yang dibuat oleh seorang mpu sakti mandraguna bernama Mpu Kinom.
Keris Nogososro merupakan keris tersakti yang bisa membantu melanggengkan kekuasaan seseorang. Kekuatan yang dimiliki keris ini digadang-gadang mampu menaklukan jagat kayangan apabila mengamuk.
Namun, kemampuan Nogososro ternyata tidak dapat mengalahkan Condong Campur yang tengah mengamuk. Saat itu keris Condong Campur sedang melintasi langit Majapahit. Melihat itu maka tampillah Keris Nogososro. Mereka bertarung di udara pada malam hari dan akhirnya Nogososro kalah
Akhirnya Empu Supo Madrangi mengeluarkan Keris Kyai Sengkelat dari sarungnya. Dengan secepat kilat, keris Kiai Sangkelat menerjang Kiai Condong Campur sehingga patah menjadi dua.
Setelah kejadian itu wabah pagebluk yang menyerang Majapahit mereda.
Cerita cerita diatas bisa kita ambil sebagai perlambang dan memiliki hikmah sejarah dari para leluhur
Tentunya bagi masyarakat modern, cerita tentang keris yang saling terbang dan bertarung menjadi sulit masuk logika. Bagaimana mungkin keris-keris itu keluar sendiri dari warangka/sarung, terbang di malam hari, dan bertarung satu sama lain?
Memang cerita Keris Kyai Sengkelat bisa menjadi sebuah pelambang kejadian yang saat itu terjadi. Sehingga kita bisa mengetahui kondisi yang dialami sebuah generasi..
Ketika Kerajaan Majapahit sudah menjapai masa kejayaannya, memang terjadi banyak sekali perbedaan (heterogenitas di negeri itu. Heteroginitas ini menyebabkan terjadinya perpecahan di masyarakat,baik dari aspek agama, budaya, Kasta, dan lainnya. Paling tidak ada 2 golongan yang memiliki perbedaan pandangan sangat tajam pada masa itu.
Kisah antara Keris Kyai Sengkelat dan Condong Campur memang bisa dimaknai berbeda-beda oleh setiap orang. Tapi pada faktanya Kerajaan Majapahit yang pernah begitu jaya akhirnya harus runtuh.
Itulah alasan mengapa Keris Kyai Sangkelat langsung diserahkan kepada Prabu Kertabumi, agar sang raja memahami perasaan masyarakatnya di kala itu
Негізгі бет Ойын-сауық Cerita perjalanan Kyai Sangkelat rakyat majapahit marah Runtuhnya Kerajaan adikuasa
Пікірлер: 2