REKONSTRUKSI GENGGONG QAKDANJUR PEGOK SESETAN
Tercetus kreatifitas seni yang sederhana pada zamannya antara tahun 1930-an, seorang pemuda asli Pegok Sesetan yang bernama I Ketut Regen (Pekak Danjur) memikat hati para sahabatnya. Kreatifitas seni itu berupa permainan alat musik yang dinamakan Genggong. Genggong terbuat dari bambu dengan ukuran panjang 18-20 cm dan lebar 1,5-2 cm memiliki bunyi yang khas dan unik. Cara memainkannya dengan menempelkan genggong pada bibir, sambil menggetarkan melalui tarikan tali (tekhnik ngedet) serta menggunakan metode resonansi tenggorokan untuk menghasilkan nada.
Dalam upaya menjaga eksistensi kesenian Genggong ini, I Ketut Regen terus berupaya membentuk komunitas seni genggong yang terdiri dari 4 - 8 orang. Pembentukan komunitas Genggong ini bertujuan menghibur diri melepaskan kepenatan setelah bekerja sebagai petani. Disamping itu pula, pertemuan Komunitas Genggong ini menjadi ajang bersosialisasi, bertemu sapa hingga menjalin tali kasih dan cinta.
Namun demikian, seiring berkembangnya zaman yang sangat dinamis dan pengaruh budaya asing, Komunitas Genggong Pegok ini secara pelan-pelan redup menghilang selama puluhan tahun. Ditambah lagi dengan minat anak muda untuk mempelajari khasanah budaya sendiri mulai dilupakan. Melihat fakta dan kondisi tersebut, sangatlah pantas kita memberi perhatian istimewa dan inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya "Rekontruksi Genggong yang sebut dengan Genggong Qakdanjur (Pekak Danjur)
Materi seni yang akan ditampilkan terbagi menjadi 3 bagian :
i) Rekonstruksi Gending Genggong Kuno, menampilkan kembali gending asli. (Capung Gantung, Pusuh Kadut, Bungkak Sari, Dongkang menek biu, Kidange Nongklang Crucuke Punyah, Langsing Tuban)
ii) Rekoneksi mengkaitkan kembali dengan instrumen Geguntangan berupa Suling, Kendang, Cengceng dan lain-lain untuk menawarkan nuansa lebih bervariasi. (Kedis Ngindang, Paris 2015)
iii) Re-Inovasi, mencuatkan sebuah Fragmentari Komedi "Ampuang Angin" yang diiringi dengan Genggong dan Gamut (Gamelan Mulut) Fragmentari Komedi ini mengisahkan sebuah cerita perjalanan budaya 4 orang bersaudara yang bernama Iciaaattt, Iciuuuttt, Icueeettt dan Nicuiiittt menuju negeri seberang (Gumin Anake). Perjalanan budaya ini membawa misi menebarkan kesenian Hindu Bali ke seluruh Eropa sekaligus berintegrasi dengan budaya setempat. Fragmentari Komedi ini memakai "Marionette" (Human Puppet, 2 penari menjadi satu karakter) yang menampilkan gerak-gerak tari Bali humoris dan bersifat menghibur. Disamping itu pula, alunan inovasi terbaru yaitu Gamut (Gamelan Mulut) yang diciptakan oleh Bli Ciaaattt di kota Brussel Belgia tahun 2009.
Sekehe Genggong Qakdanjur terbentuk secara resmi pada tgl 10 Pebruari 2019 yang terdiri dari 18 penabuh dan 8 Penari dengan pembina tabuh dan tari adalah Bli Ciaaattt
Urutan Gending Genggong Qakdanjur Pegok Sesetan
Dalam Rangka Pesta Kesenian Bali ke-41 - 2019
1. Capung Gantung
2. Langsing Tuban
3. Pusuh Kadut
4. Kedis Ngindang (Gerong, Suling Cenik, Paris 2015)
5. Genggong Gen ! "Dongkak Menek Biu" (Hanya Genggong)
6. Bungkak Sari
7. Kidange Nongklang Crukcuke Punyah
8. Fragmentari Komedi "Ampuang Angin" (Gamut, Gamelan
Mulut)
Kedis Ngindang
Kedis Ngindang Metinggah Jejeg Ai
Ngalih Balang Ngabe Lidi
Kanti Nyidang Metingkah Kemu Mai
Ngalih Liang Anggon Pedidi
Ulian Bani Misi Demen Tur Juari
Aruh Aruh Aruh
Gending Niki Anggen Megonjakan
(@Ciaaattt, Paris 2015)
Fragmentari Komedi
"Ampuang Angin"
Caritayang Mangkin Ring Gumine
Kawentenan Nyame Bali, sane Mewaste
ICiaaattt, ICiuuuttt, ICueeettt, NiCuiiittt Ha.ha.ha. Bruuuttt !
Clebingkah Beten Biu Belahan Pane Belahan Paso
Gumi linggah ajak liu, Ade kene ade Keto
Jukut Klentang mewadah pane,
jukut kacang mewadah kranjang,
Tekekang je bayune, Apang liang jak mekejang
Don Gedang Meejohan, Don ubi Mepaekan
Ingetang peplajahan, Anggon titi mani puan
@Ciaaattt Pegok, 2019
Негізгі бет Ciaaattt...REKONSTRUKSI GENGGONG QAKDANJUR PEGOK - PKB KE-41 2019
Пікірлер: 22