Kuburan kuno, pemakaman China di Way Jelai menjadi saksi sejarah keberadaan etnis Tionghoa di Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Jejak sejarah ini masih perawan karena belum dilakukan ekskavasi dari kuburan kuno tahun 1700 an.
Masuknya kapal Jung saudagar China ke Teluk Semaka diperkirakan sejak kekuasaan Kesultanan Banten mulai redup pada awal tahun 1600 an.
Sejak Kesultanan Banten dilanda perang saudara, kemungkinan kontrol terhadap saudagar China melemah sehingga banyak kapal dagang dari China lebih leluasa mencari sendiri rempah rempah ke pesisir Teluk Betung dan Pesisir Teluk Semaka.
Pada masa lalu, kapal kapal dagang China ini mendarat di pelabuhan Tanjungan dan pelabuhan Belu. Di sana, saudagar China bermitra dengan tokoh tokoh adat marga Benawang, Ngarip, Belu, Tanjungan, juga Pematang Sawa. Dengan menurunkan dagangan berupa pakaian sutera, benang mas, gerabah porselin, dan obat obatan, saudagar China bisa membawa pulang berkarung karung lada, pala, kopi, dan kopra.
Pada periode selanjutnya, para saudagar ini memerlukan gudang untuk stok, sehingga diturunkan lah pedagang dan buruh yang dibawa dari Tiongkok untuk bermukim di Kota Agung. Oleh saudagar China, Kota Agung dijadikan kota dagang, dimana mereka mendirikan gudang, pabrik minyak goreng, toko bangunan, dan rumah makan dan hiburan. Di tempat keramaian itulah penduduk asli Lampung mulai ikut menggelar hasil bumi. Kemudian disusul petani dari Gisting yang menjual ternak dan sayur sayuran. Perjalanan jauh membuat para pedagang ini harus makan, maka di tempat keramaian ini banyak juga yang jualan nasi dan makanan sehingga pasar di Kota Agung dikenal dengan sebutan Pasar Madang.
#tanggamus
#kotaagung
#chinalampung
#sejarahchinakotaagung
#makamchinawayjelai
Негізгі бет Jejak China Lampung di Kota Agung ada sejak tahun 1700 an
Пікірлер: 17