Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi untuk di kembangkan karena ketersediaan lahan yang cukup besar, sekitar 50,1% lahan berpotensi untuk pertanian dengan luas daratan 191,09 juta hektar dan masih ada pengembangan lahan sekitar 36%. Sedangkan menurut data renstra (2015 - 2019) menjelaskan tentang aspek tenaga kerja dengan tingginya jumlah penduduk yang sebagian besar di pedesaan merupakan potensi tenaga kerja pertanian. Sampai saat ini, lebih dari 35 juta tenaga kerja nasional atau 26,14 juta rumah tangga menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Ironisnya, Indonesia menduduki peringkat ketahanan pangan jauh di belakang Singapura dan negara-negara regional Asia Tenggara lainnya di tahun 2014. Peringkat ini disusun oleh The Economist berdasarkan tiga indikator antara lain daya beli konsumen, ketersediaan makanan, dan kualitas dan keamanan makanan. Pihaknya mencatat sejumlah kelemahan Indonesia terutama dalam hal anggaran riset pertanian, korupsi, dan pendapatan per kapita.
Adapun penyebab rendahnya peringkat Indonesia dipicu dua hal yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut berhubungan dengan para petani seperti konversi lahan, mobilisasi pekerjaan para petani, dan tanaman semusim. Sementara untuk faktor eksternal telah dipengaruhi pasar bebas, revitalisasi pertanian, dan pemanfaatan riset dan teknologi.
Oleh karena itu, hal tersebut yang menjadi pekerjaan besar pemerintahan Jokowi untuk mengembalikan kejayaan sejati menjadi negara agraris. Sehingga, pemerintah sekarang harus memiliki ambisi untuk memiliki peningkatan posisi ketahanan pangan di kancah regional Asia Tenggara khususmya. Sehingga, perlu adanya langkah kongrit untuk membuat nyata target tersebut.
Indonesia memang tak harus berfokus dan ditentukan oleh pabrik, pusat perbelanjaan, atau perkantoran. Pertanian atau sawah telah menjadi nyawa masyarakat Indonesia dalam menapaki masa depan. Akan tetapi, tahun 1960an Indonesia mengalami kejadian yang bertentangan dengan sebutan agraris, karena pada era tersebut masyarakat Indonesia mengalami kelaparan.
Kebijakan pertanian dan situasi politik tak memungkinkan keberlimpahan pangan pada era Soeharto dan Indonesia perlahan menjadi negara pengimpor beras. Akan tetapi perlahan tapi pasti era Soeharto telah mengembalikan kepercayaan diri petani dengan memberikan progress yang di mulai dari tahun 1962 ke 1984, produksi Indonesia telah meningkat 22 ton.
Era soeharto tidak hanya meningkatkan produksi beras dari 12,2 juta ton menjadi 25,8 juta ton. Akan tetapi pada masanya Indonesia pernah membantu jutaan orang kelaparan di Afrika, hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia adalah negara agraris yang bermoral dengan peka terhadap masalah - masalah kemanusian di dunia.Sehingga, dari pengalaman pemerintah terdahulu harus ada semangat tak tertandingi untuk mewujudkan ambisi mulia dalam mengembalikan kejaya
Akan tetapi, krisis ketahanan pangan yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU) di era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) posisi ketahanan pangan Indonesia berada di posisi ke 5 dari 7 negara ASEAN yang dievaluasi. Hal tersebut yang membuat kepemerintahan Jokowi memiliki pekerjaan rumah besar untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di ranah ketahanan pangan, karena bisa di lihat bahwa semakin terpuruknya ketahanan pangan di era sebelumnya.
Kesalutan terhadap pemerintah Jokowi dengan penuh “KERJA, KERJA, KERJA” yang memiliki tekad penuh pada tahun 2017 Indonesia sudah mengalami swasembada pangan penuh Joko Widodo - Jusuf Kalla telah memiliki strategi sendiri untuk menjadikan Indonesia bisa swasembada pangan dengan membuat anggaran pertanian ditingkatkan dan gerakan perlindungan alif fungsi sawah yang diterapkan secara ketat, yang telah secara rinci di tulis di atas langkah nyata pemerintah.
Sawah dan petani menjadi tema besar. Pertanian menjadi kebijakan strategis, pertaruhan ideologi kerja dan kedaulatan pangan. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tiga aspek utama, yaitu keterjangkauan, ketersediaan, serta kualitas dan keamanan (Source : kompas.com).
Негізгі бет Jokowi Mengembalikan Kehormatan Petani
Пікірлер