Tampak tak ada yang aneh di simpang empat lampu lalu lintas Jalan Raya Sukowati sebelah barat RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen.
Jalan nasional itu selalu ramai dengan lalu lalang kendaraan, baik yang hendak menuju Solo ataupun menuju Jawa Timur.
Tak hanya sepeda motor, banyak truk dan bus besar yang melintas sepanjang hari seperti tak ada habisnya.
Perempatan jalan yang terletak di Kelurahan Ngkorog tersebut berukuran cukup lebar dan luas yang dilapisi aspal.
Namun, siapa sangka dibawah jalan beraspal tersebut terdapat makam seseorang yang masih ada hingga kini.
Lokasinya berada di sebelah sisi selatan dekat belokan kiri menuju ke arah barat.
Dulu, diatas makam tersebut masih terdapat tugu monumen generasi muda Sragen Asri dan taman berbentuk segitiga, yang kini sudah dibongkar.
Pemerhati Sejarah dan Budaya, KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro mengatakan meski sudah rata menjadi jalan, namun jasad yang dimakamkan masih ada dibawahnya.
"Makamnya masih ada, berada di bawah jalan itu," katanya kepada TribunSolo.com.
"Karena perkembangan zaman, makam kherkof kemudian tergusur jadi jalan, sempat dijadikan monumen generasi muda asri Sragen diatasnya, yang terakhir ketika saya kesana ternyata sudah diratakan monumennya, jadi perempatan biasa tak berbekas," terangnya.
Lanjutnya, sosok yang dimakamkan disitu adalah Willibald Dagobert van Nispen, seorang Belanda yang juga diketahui merupakan pemilik pertama Pabrik Gula (PG) Mojo di pusat Kota Sragen.
Van Nispen pindah dari Belanda menuju Surakarta dan kemudian memilih menetap di Kabupaten Sragen.
Di Sragen, Van Nispen menikah dengan seorang wanita asal Desa Bener, Kecamatan Ngrampal.
Keduanya hidup sederhana di sebuah rumah, yang kini digunakan sebagai kantor guru SDN Bener 1 Ngrampal, Sragen dan dari pernikahannya dikaruniai seorang putra.
Selama di Sragen, Van Nispen membangun Pabrik Gula yang konon sukses.
"Dan beliau membangun sebuah Pabrik Gula yang konon memang berhasil, karena membuat masyarakat sekitar juga mendapat penghasilan dari bekerja disana," katanya.
Diketahui Pabrik Gula Mojo didirikan tahun 1883 dan masih beroperasi hingga kini.
Kemudian pada 21 Juni 1914, Van Nispen diketahui meninggal dunia karena sakit di usia 70an tahun.
Dua hari kemudian, Van Nispen dimakamkan di kompleks pemakaman kerkhof tepatnya di tanggal 23 Juni 1914.
Diceritakan, Van Nispen memang memiliki permintaan jika meninggal dunia ingin dimakamkan di Kerkhof di tepi jalan.
"Jadi ketika meninggal, beliau kepingin dimakamkan di pinggir jalan, supaya bisa melihat wanita lalu-lalang disitu, makanya makamnya berada di pinggir jalan," jelasnya.
"Dulu masih banyak pohon besar, karena jalannya juga masih kecil, makam Van Nispen juga masih masuk Kherkof, jadi perempatan juga masih kecil, karena dulu belum banyak kendaraan lalu lalang," tambahnya.
Hal tersebut dikarenakan, meski berpawakan orang Belanda, jiwa Van Nispen sudah menyatu dan mencintai kebudayaan Jawa.
Kemudian, karena itulah alasan kenapa makam tersebut tidak dipindah hingga sekarang.
"Dan beliau memang dari awal tidak mau dipindah, makanya sebelumnya diberi monumen itu, semua makam Belanda sudah dipindah, tinggal beliau saja, karena beliau ingin dekat dengan wanita Sragen," jelasnya.
"Beliau tidak mau dipindah, kepingin berdiri dan lenggah disitu untuk menyaksikan yang wara wiri disitu sampai sekarang," imbuhnya.
Menurutnya, banyak pihak yang menyayangkan makam sosok penting di Bumi Sukowati itu tidak ada pertanda lagi.
"Memang banyak sekali yang menyayangkan, kemarin ngobrol dengan (orang yang ada di) warung-warung yang ada disana, dan mereka juga tidak tahu disitu ada seseorang Van Nispen disitu," katanya.
"Ada seorang pendiri pabrik Gula Mojo yang menjadi kebanggaan dari Kota Sragen, kenapa tidak diberi tanda," pungkasnya. (*)
Caption : Perempatan di Jalan Raya Sukowati barat RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen, yang merupakan lokasi makam pemilik pertama Pabrik Gula Mojo yang masih ada hingga kini.
Негізгі бет Kisah Makam di Tengah Jalan Raya Sukowati Sragen: Tak Mau Dipindah, Setiap Hari Dilintasi Kendaraan
Пікірлер: 66