TRIBUN-VIDEO.COM - Sekilas tidak ada istimewa bila menengok kehidupan di Desa Antar Baru Kecamatan Marabahan Kota Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Berlokasi jauh dari perkotaan, membuat mayoritas penduduknya pun lebih memilih menjadi sebagai pekerja sawit di desanya.
Padahal bila melihat potensi Desa Antar Baru, tidak sedikit lahan kosong yang terbentang.
Namun lantaran kondisi tanah yang tandus dan asam, sehingga membuat warga pun enggan memanfaatkannya.
Tapi bagi Rehan, lahan mati itu justru sebaliknya. Warga Antar Baru Kelurahan Marabahan tersebut itu mampu menyulap hutan galam menjadi kebun cabai.
Bahkan tak tanggung-tanggung atas jerih payahnya yang hanya berselang selama tiga bulan terakhir tersebut, Rehan ditaksir akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 250 juta.
Kepada Bpost, pria yang akrab disapa Parno itu menceritakan menanam cabai sebetulnya bukan hal yang baru ia tekuni.
Melainkan terhitung sejak dua tahun yang lalu, namun hanya saja berbagai kendala pun kerap melandanya, yang bahkan berujung pada kerugian.
" Sebetulnya sudah dari dulu. Cuman waktu itu karena bedeng media tanamnya di sela pohon sawit. Sehingga hasilnya pun mengecewakan," ceritanya.
Selain itu menurut Parno bercocok tanam di perkebunan sawit sebetulnya bukan hal yang mudah. Karena selain harus memerlukan pupuk yang lebih banyak, ia juga dihadapkan pengairan yang cukup.
" Makanya pas pupuk, nutrisinya justru lebih banyak keserap sawit. Belum lagi kebutuhan airnya. Sehingga pada tanam cabai tahun lalu, cuman dapat sekitar 2 ton," jelasnya.
Lebih lanjut, Parno juga mengaku sebetulnya ia pun sempat pasimis menekuni kembali usaha cabainya tersebut.
Terlebih menanam di atas lahan yang kondisi tingkat keasaman dan ketandusan yang tinggi, sehingga rentan mengalami kegagalan.
" Karena sebelum saya buka, lahan ini merupakan hutan galam. Sedangkan di sekitarnya juga masih pohon sawit," jelasnya.
Namun melalui ketekunan dan bimbingan sang ahli, perkiraannya tersebut justru salah. Parno malah mendapatkan hasil panen cabai yang diluar perkiraan.
Berada di atas lahan seluas sekitar 1,5 hektare, hasil panen cabainya pun diperkirakan mencapai sekitar lima ton.
" Ya kalau ditaksir, uangnya sekitar Rp 250 juta hingga Rp 300 jutaan lah. Dibanding modal awal, kemarin saya habis sekitar Rp 50 juta untuk biaya buka lahan dan lainnya," jelas Parno.
Lebih jauh Parno juga menjelaskan dalam proses penanaman kali ini, memang ia lebih banyak menggunakan pupuk bio hara atau organik dibanding kimia sebelumnya.
Mengombinasiknnya dengan pupuk kandang, hal tersebut selain bermanfaat memperbaiki struktur tanah yang asam, juga mengurangi biaya pemupukan.(banjarmasinpost.co.id /Aya Sugianto/Abdul Ghani)
Негізгі бет Manfaatkan Lahan Mati, Petani Lombok di Desa Antar Baru Raup Penghasilan Rp 250 Juta
Пікірлер: 20