• MENGAPA TIDAK BOLEH TI...
MENGAPA TIDAK BOLEH TIDUR SAAT SANDYAKALA
#PeralihanSelaluMembawaKrisis
#MengapaSadyakalaItuKeramat
#KalaTattwaMenjelaskanTentangSifatKeramatSandyakala
Pada masa lalu, orang tua mengajarkan etik dan agama melalui berbagai cara, di antara dengan atau melalui cerita dan larangan. Tidak boleh duduk di tengah orang lalu Lalang (obag-obag jalan), tidak boleh duduk di atas bantal, dan jangan tidur saat sandyakala dan sebagainya. Itu beberapa contoh bagaimana orang tua hendak menyampaikan Pendidikan etik dan agama kepada generasi penerusnya. Dalam proses itu, acapkali yang diingat hanya “tidak boleh tidur sandyakala”, sementara alasannya, argumentasinya atau sumber ajarannya tidak pernah disampaikan secara eksplisit atau terang, sehingga ada kesan anak mula keto, padahal sumber naskahnya amat jelas. Misalnya, mengapa tidak boleh tidur sampai lewat sandyakala?
Menurut lontar Kala Tattwa, diceritakan ketika Ida Bhatara Siwa Bersama permaisuri-Nya Bhatari Giri Putri pergi melihat-lihat laut, Samudra. Tiba-tiba bangkitlah birahi Bhatara Siwa, yang ingin bersenggama dengan permaisuri-Nya, Giriputri. Ditolaklah kaingin Siwa oleh Bhatari Giriputri karena tidak patut dilakukan di tempat sembarangan, terlebih beliau sadar sebagai perwujudan Dewata. Birahi yang terlanjur memuncak menyebabkan sperma keluar dan terjatuh ke laut. Kejadian itu (kama Siwa yang terjatuh ke laut) yang menyebabkan air laut terguncang terlihat oleh Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu lalu beliau beryoga yang menyebabkan sperm itu lahir seorang raksasa besar dan sakti luar biasa. Tidak ada yang menyerupai rupanya, Saat ia telah lahir, Sang Raksasa berkeinginan mengetahaui siapa ayah dan ibunya. Dipandangnya laut, sepi. Dipandangnya ke timur sepi, dipandang ke Selatan sepi, demikian pula dipandang ke Barat dan Utara Sepi dan dipandang ke atas juga sepi. Lalu Sang Raksasa berteriak sekuat-kuatnya, menyebabkan laut guncang dan penguasa segala arah (Dewata Nawa Sanga) terganggu dan murka. Oleh Dewata Nawa Sanga, dilihatlah seorang raksana besar dan menyeramkan sedang berteriak-teriak bagaikan raungan singa. Lalu marahlah Dewata Nawa Sanga, menyerang dan mengeroyok raksasa. Tidak cidera sedikitpun Sang raksasa, sembari raksasa berkata, janganlah menyerangku, karena tidak ingin mencari musuh apalagi berkelai, aku hanya ingin mencari kebenaran, siapa sesungguhnya ayah dan ibuku. Ah, para Dewata berkata: jangan banyak bicara, karena engkau raksasa amat jahat, tak bakalan tidak engkau akan mati. Lalu meraka berkelai lagi. Akhirnya para dewata kewalahan, dan dikejarnya para dewata hingga di hadapan kaki Bhtara Siwa. Selanjutnya, meraka Bersama-sama melaporkan: “ya jujunganku Bhatara Siwa, ini ada musuh paduka dating menuju kehadapan paduka, berwujud raksasa, mengobrak-abrik kahyangan. Tak tercedrai oleh putra paduka seluruhnya, jika paduka tidak mau terjun ke medan perang, niscaya seluruh kahyangan akan luluh lantak. Lalu Siwa berprang dengan Sang Raksasa, namun tidak sedikitpun terluka raksasa itu. Sang raksasa kembali menegaskan bahwa dirinya tidak ingin berperang apalagi merusak Kahyangan. Aku hanya ingin tahu siapa ayah dan ibuku, itu saja, dan jangan hal-hal seperti ini diselesaikan dengan berperang. Bhatara Siwa kemudian menjawab: Oh kalau begitu, potonglah terlebih dahulu taringmu yang di kanan, baru kamu akan ketemu ayah-ibumu. Setelah dipotong, lalu Bhatara Siwa dan Bhatari Giriputri tahu bahwa raksasa itu adalah putra-Nya. Lalu bersabdalah Bhatari Uma (Giriputri): Duhai putraku, mulai sekarang janganlah engkau mengembara, menyusuplah engkau di desa pakraman, di pura Dalemlah engkau tinggal, Durga namamu. Siwa ayahmu yang memberimu nama Hyang Kala pada waktu taringmu dipotong. Kamu menjadi komandan kelompok kala (Durga, Pisaca, Wil, Danuja, Kingkara, Raksasa, dan segala macam penyakit, hama, serta segala macam bisa (racun), dan segala kekuatan gaib. Matur suksma ratu bhatara atas anugrahmu. Lalu apakah makananku ? Berkatalah Dewi Uma, sebagai makananmu: 1) kalau ada orang yang tidur sampai sore (sandyakara) dan tidak pada waktunya; 2) anak kecil menangis dan ditakut-takuti oleh ayah ibunya, dengan kata-kata nah-nah ‘amah ne’; 3) jika ada orang yang membanca kidung, kakawin, tutur-turut utama di tengah jalan; 4) kalau ada orang yang mengadakan pertemuan di jalan; 5) sebailknya, jika ada yang memujamu maka sepatutnya engkau memberi anugrah. Jadi mengapa tidak boleh tidur sandyakala, karena dalam Kala Tattwa jelas mitologi dan sumber sastranya, dan dalam teori-teori modernpun peralihan selalu dikaitkan dengan masa krisis.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak Yudha Triguna Channel pada KZitem.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
kzitem.info/rock/B5R
Facebook: facebook.com/yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel
Website: www.yudhatriguna.com
Негізгі бет MENGAPA TIDAK BOLEH TIDUR SAAT SANDYAKALA
Пікірлер: 48