This video music by : Maxkomusic.com
This video source by : wikipedia, Lazardi Map
Thanks for watching.
Sejarah Blambangan
Menjelang awal abad ke-15, pada tahun 1489, cucu Lembu Miruda (penguasa Tengger), putra Menak Sembar (penguasa Lumajang) yang bernama Bima Koncar telah meneguhkan dirinya sebagai penguasa Lumajang dan Semenanjung Blambangan yang memerintah hingga tahun 1500.
Dari laporan Tome Pires, Bima Koncar memiliki putra bernama Menak Pentor, memerintah antara 1500 - 1546, yang berhasil memperluas wilayah Blambangan. Di bawah kekuasaan Menak Pentor, Blambangan menjadi kerajaan yang kuat, kaya, dan makmur.
Wilayahnya meliputi Lumajang di bagian selatan dan Panarukan di utara, hingga ujung timur Pulau Jawa. Letaknya pun cukup strategis, karena dikelilingi oleh lautan di ketiga sisinya, sehingga banyak memiliki pelabuhan. Salah satu pelabuhan di pesisir utara Blambangan yang paling terkenal adalah Panarukan.
Berita dari Serat Kanda menyebutkan, bahwa Dyah Ranawijaya, setelah Daha jatuh ke pasukan Demak, melarikan diri ke Panarukan (kini nama kecamatan di Kab. Situbondo, Jawa Timur, utara Banyuwangi).
Panarukan sendiri ketika itu merupakan sebuah pelabuhan yang cukup ramai dan sejak abad ke-14 telah menjadi salah satu pangkalan kapal terpenting bagi Kerajaan Majapahit, dan menjadi salah satu persinggahan bagi kapal-kapal yang hendak melanjutkan pelayaran ke Maluku untuk berdagang rempah-rempah. Dengan tibanya Dyah Ranawijaya di kota pelabuhan ini, wilayah Panarukan bisa dianggap sebagai kelanjutan Kadiri. Dan berdasarkan penuturan orang Hindia Belanda kemudian, daerah Panarukan ini dapat diidentifikasi sebagai Kerajaan Blambangan.
Hal ini sesuai berita Portugis yang menyebutkan adanya utusan Kerajaan Hindu dari Panarukan ke Malaka pada 1528-setahun setelah Dyah Ranawijaya diserang Demak. Utusan dari Panarukan ini bermaksud mendapatkan dukungan orang-orang Portugis, yang tentunya bermaksud menghadang pengaruh Islam-Demak di Jawa. Bukti lain bahwa Panarukan adalah bagian dari Blambangan adalah peristiwa terbunuhnya Sultan Trenggana raja ke-3 Demak pada 1546. Pada saat Kerajaan Demak memperlebar wilayah kekuasaannya di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, sebagian wilayah Jawa Timur berhasil dikuasainya, termasuk Pasuruan yang ditaklukan pada 1545 dan sejak saat itu menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa.
Akan tetapi, usaha Demak menaklukkan Blambangan mengalami kendala karena kerajaan ini menolak Islam. Bahkan, pada 1546, Sultan Trenggana sendiri terbunuh di dekat Panarukan, setelah selama tiga bulan tidak mampu menembus kota Panarukan.
Setelah Demak mundur, giliran Kerajaan Gelgel dan Kerajaan Mengwi dari Bali yang menyerang dan merebut Blambangan dari Menak Pentor. Hingga antara tahun 1546 -1572, Blambangan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gelgel.
Pada 1572, cucu Bima Koncar, putra Menak Djinggo bernama Sontoguno, berhasil merebut Panarukan dari Kerajaan Gelgel-Mengwi dan memperkuat kembali kerajaan Blambangan, beribukota di Baluran. Selama masa kekuasaan Sontoguno, Blambangan mendapat kunjungan delegasi Portugis, yang berhasil mengajak beberapa keluarga kerajaan Blambangan masuk Katolik.
Pada tahun 1597, giliran Blambangan diserang oleh pasukan Pasuruan yang dibantu Kesultanan Demak. Setelah mengalahkan aliansi Pasuruan-Demak, Sontoguno digantikan oleh Pangeran Singosari atau Prabhu Tawang Alun I. Kemudian pada tahun 1638, giliran Kesultanan Mataram menyerang dan menduduki Blambangan, hingga membuat Tawang Alun I terpaksa melarikan diri, sedangkan putra mahkotanya, Mas Kembar, menjadi tawanan.
Dibawah kekuasaan Kesultanan Mataram, pada tahun 1645, Mas Kembar naik tahta dengan gelar Prabhu Tawang Alun II, Blambangan kembali menyatakan diri sebagai wilayah yang merdeka, dan akibatnya pertempuran antara Mataram dan Blambangan pun terjadi kembali, dan berakhir dengan kemenangan Mataram. Menyebabkan Tawang Alun II melarikan diri dan pada tahun 1649 memindahkan pusat kerajaan Blambangan ke wilayah selatan, ke daerah Macanputih dan pelabuhan utama ke Muncar. Dibawah pemerintahan Tawang Alun II, kerajaan Blambangan maju dengan pesat di mana kekuasaannya menyatu dari Bali, Banyuwangi, Jember hingga ke Lumajang.
Kemudian, usaha para penguasa Mataram dalam menundukkan Blambangan mengalami kegagalan. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya Jawa Tengah. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku. Pengaruh Bali-lah yang lebih menonjol pada berbagai bentuk kesenian dari wilayah Blambangan.
Негізгі бет Peta Sejarah Kerajaan Hindu Blambangan
Пікірлер: 24