Bukti jaminan Allah membagikan rezeki kepada makhluk-Nya tanpa usaha mereka dijelaskan oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam melalui haditsnya yang diriwayatkan oleh Makhul. Bahkan, pernyataan beliau dalam hadits ini terbilang menohok mereka yang meragukan rezeki Allah di tengah wabah Covid-19 yang melanda saat ini.
Beliau mencontohkan kondisi janin yang ada dalam rahim ibunya. Ia belum bisa berusaha apa pun. Namun, Allah maha tahu dan senantiasa menjamin rezekinya. Mengapa manusia dewasa, bahkan sudah berakal sempurna, bahkan sudah mampu berusaha mesti mengkhawatirkan rezekinya?
الْجَنِينُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ لَا يَطْلُبُ وَلا يَحْزَنُ وَلا يَغْتَمُّ، وَإِنَّمَا يَأْتِيهِ رِزْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ مِنْ دَمِ حَيْضَتِهَا، فَمِنْ ثَمَّ لَا تَحِيضُ الْحَامِلُ، فَإِذَا وَقَعْ إِلَى الأَرْضِ اسْتَهَلَّ، وَاسْتِهْلالُهُ اسْتِنْكَارًا لِمَكَانِهِ فَإِذَا قُطِعَتْ سُرَّتُهُ حَوَّلَ اللَّهُ رِزْقَهُ إِلَى ثَدْي أُمِّهِ، فَيَأْكُلُهُ فَإِذَا هُوَ بَلَغَ قَالَ هُوَ الْمَوْتُ أَوِ الْقَتْلُ قَالَ: أَنَّى لِي بِالرِّزْقِ؟ فَيَقُولُ مَكْحُولٌ: يَا وَيْحَكَ غَذَّاكَ وَأَنْتَ فِي بَطْنِ أُمِّكَ وَأَنْتَ طِفْلٌ صَغِيرٌ حَتَّى إِذَا اشْتَدَدْتَ وَعَقَلْتَ. قُلْتَ: هُوَ الْمَوْتُ أَوِ الْقَتْلُ أَيْنَ لِي بِالرِّزْقِ. ثُمَّ قَرَأَ مَكْحُولٌ: يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ.
Artinya, “Ingatlah, janin yang ada dalam perut ibunya. Tak meminta, tak bersedih, dan tak merasa cemas. Namun, rezekinya saat berada di perut sang ibu datang melalui darah haidhnya. Karenanya, perempuan hamil tidak ada yang haidh. Kemudian, ketika si janin lahir ke dunia, ia menangis keras. Tangisannya itu karena mengingkari tempat barunya. Padahal, saat tali ari-arinya diputus, Allah mengalihkan rezekinya ke payudara ibunya. Ia pun makan melaluinya. Namun, di saat dewasa, ia malah berkata, “Aku bisa mati, aku bisa terbunuh. Di manakah rezeki untukku.”
Maka dari itu, di saat rezeki dari pintu usaha terasa sulit, kita dituntut untuk memperbanyak istighfar, takwa, sedekah, syukur, dan memohon ampun kepada Allah. Bahkan, kita dianjurkan untuk memperbanyak silaturahim meski via online dan berdoa, sebagaimana yang dianjurkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebab, Dia tetap mendatangkan rezeki makhluk dan hamba-hamba-Nya dari pintu-pintu tersebut sesuai dengan janji dan jaminan-Nya. Tidak perlu memaksakan diri mencari rezeki yang telah dijamin Allah hingga ke jalan yang haram. Dalam kaitan ini, kiranya pesan Syekh Ibnu Athaillah cukup menarik untuk disimak. Menurutnya, pengejaran seorang hamba terhadap sesuatu yang telah dijamin-Nya dianggap kesiasiaan dan bukti kegelapan mata hati, sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Al-Hikam-nya:
اجتهادك فيما ضمن لك وتقصيرك فيما طلب منك دليل على انطماس البصيرة منك
Artinya, “Kesungguhanmu dalam mengejar apa yang telah dijamin untukmu, dan kelalaianmu menunaikan kewajiban yang telah dituntut darimu adalah bukti rabunnya mata batinmu,” (Lihat Ibnu Athaillah, Al-Hikam: Rampai Hikmah Ibn ‘Athaillah, [Jakarta, Serambi: 2006 M], halaman 21). Wallahu a’lam.
Sumber: islam.nu.or.id...
Sumber: islam.nu.or.id...
#rezeki #sabar #bersyukur
Негізгі бет REZEKI ITU DATANG BUKAN DARI USAHAMU | SIMAK DAN RENUNGKAN | Habib Achmad Alhabsyi
Пікірлер: 64