RITUAL ADAT Wu'u Hori / Lewotanahole / Solor Barat /
#lintassolor
#ritualadatwuuhori
#wuuhorilamaholot
#wuuhorisolorbarat
#ritualadatlewotanahole
#ritualadatlamaholot
Memaknai Ritual Wu’u L
Hori sebagai Ungkapan Kebersaudaraan dalam Merawat Kehidupan
Bersama
Keragaman budaya yang dimiliki oleh Masyarakat Lamaholot melalui berbagai karya seni, sistem kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan masyarakat Desa Lewotanahole, Solor Barat.
Tradisi Wu'u Hori memiliki akar yang dalam pada masyarakat Lewotanahole. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan pemimpin spiritual. Melalui serangkaian tarian, nyanyian, dan persembahan, komunitas Lewotanahole
menjaga ikatan kami dengan dunia spiritual dan menghormati nilai-nilai budaya yang telah diteruskan dari generasi ke generasi.
Wu’u Hori adalah sebuah kekayaan kebudayaan Lamaholot secara umum dan secara khusus masyarakat Lamaole-Lawomaku Lamaholot merupakan identitas budaya yang
menyatu-padukan masyarakat di dataran Flores timur. Masyarakat Lamaholot telah memiliki tatanan
kehidupan sosial yang unik. Keunikan itulah yang membuat keberagaman dalam rumpun Lewotanahole.
Keunikan itu jugalah yang melahirkan kekayaan kebudayaan Lamaholot. Melalui ritual ini, kami
menghormati para leluhur, mengakui hubungan kami dengan alam, dan memperkuat ikatan sosial
di dalam komunitas kami.
Wu’u Hori sebagai salah satu ritual atau tradisi yang diwariskan oleh para leluhur dengan metode lisan yang masih dijaga dan dirawat sampai sekarang. Secara etimologis. Wu’u Hori adalah suatu ritual pertanian yang dihidupi oleh masyarakat Lamaholot, khususnya suku Lamaole-Lewomaku.
Ritual ini diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat setempat. Ritual ini lahir
dari suatu kesadaran baru akan pengungkapan rasa syukur kepada Sang Lera Wulan, Tana Ekan (Sang
Pengada) dan ekspresi kesadaran tersebut diejawantahkan melalui ritual Wu’u Hori.
Ritus Wu’u Hori merupakan serangkaian peristiwa adat syukuran panen yang diadakan setiap tahun dan biasanya terjadi pada bulan Juni atau Juli. Perhitungan tersebut
tergantung pada pergerakan bulan (wule). Ritual ini terdiri dari aneka ritus di dalamnya, yakni dari
penggantungkan tuak (hape tua) sampai pada pembukaan kebun baru.
Wu’u Hori merupakan acara adat bersama masyarakat setempat untuk mengucap syukur atas hasil panen yang baru kepada Sang
Pengada.
Dalam membudaya, manusia Lamaholot pada umumnya dan secara khusus, suku LamaoleLawomaku mencetuskan beraneka bentuk, cara mengada dan tingkah laku untuk
mengungkapkan keberadaannya.
Keterungkapan itu merupakan hasil dari karya seni yang lahir dari sebuah dialog atau relasi yang intim dengan Sang Pengada yang merupakan
realitas wujud tertinggi. Hal itu tidak lain didapatkan dari tradisi lisan para leluhur yang dijaga dan
dirawat sampai sekarang. Relasi yang dibangun adalah sebuah relasi antropologis-kosmis, yaitu
manusia menaruh respek pada alam atau kosmos sebagai ibu pertiwi (tana ekan), tempat ia mengada menuju. Manusia tidak hanya memiliki kodrat sebagai makhluk rasional, tetapi
juga makhluk yang relasional. Melalui keberadaannya, oleh daya rasionalitasnya
manusia melahirkan sebuah ungkapan terima kasih kepada alam dan Sang Pengada melalui ritual atau ritus.
Ritus atau ritual tersebut merupakan bentuk dari kebudayaan itu sendiri. Pada dasarnya hanya
manusia yang bisa menghormati dan menghargai sesamanya. Hal ini tidak terlepas dari kesadaran dan
kemampuannya dalam mengetahui hal yang baik dan yang buruk.
Негізгі бет RITUAL ADAT Wu'u Hori / Lewotanahole / Solor Barat /
Пікірлер: 1