TRIBUN-VIDEO.COM - Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan terorisme di Indonesia.
Diresmikan pada 26 Agustus 2004, pasukan khusus ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom.
Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana.
Densus 88 dirancang sebagai unit antiterorisme yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan.
Pembentukan Densus 88 berawal dari Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme untuk menangani banyaknya kasus teror bom.
Densus 88 mulai diresmikan Kepala Kepolisian Kawasan Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani pada 26 Agustus 2004.
Awalnya Densus 88 beranggotakan 75 orang yang dipimpin oleh Ajun Komisaris Agung Polisi Tito Karnavian yang pernah mendapat pelatihan di beberapa negara.
Melansir polisi.com, tahun 2011 jumlah personil Densus 88 adalah 337 orang.
Selain itu masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit antiteror yang disebut Densus 88, beranggotakan 45-75 orang.
Namun dengan fasilitas dan kemampuan yang lebih terbatas.
Angka 88 berasal dari kata A.T.A. atau Anti-Terrorism Act, yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris berbunyi Ei Ti Ekt.
Pelafalan ini terdengar seperti Eighty Eight.
Densus 88 memiliki logo berbentuk burung hantu yang memiliki filosofi sifat pemburu yang waspada, cekatan, cepat dan cerdas khas burung nokturnal itu.
Fungsi Densus 88 Polda adalah memeriksa laporan aktivitas teror di daerah.
Melakukan penangkapan kepada personel atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan keamanan negara R.I.
Densus 88 antiteror Polri ini juga didukung oleh Pemerintah federal Amerika Serikat melalui Dinas Keamanan Diplomatik Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Kebanyakan instrukturnya adalah pensiunan prajurit pasukan khusus dari Amerika Serikat.
Namun, informasi yang bersumber dari FEER pada tahun 2003 ini dibantah oleh Kabagpenum Ropenmas Divhumas Polri, Brigjen. Pol. (Purn.) Drs. Zainuri Lubis dan Kapolri, Jenderal Polisi. (Purn.) Tan Sri. Drs. Da'i Bachtiar, P.S.M., A.O.
Densus 88 bukan satu-satunya unit antiteror yang ada di Indonesia.
Berikut ada beberapa unit antiteror yang ada di Indonesia:
- Densus 88
- Detasemen C Gegana Brimob
- Detasemen Penanggulangan Teror (Dengultor) TNI AD alias Grup 5 Anti Teror
- Detasemen 81 Kopassus TNI Angkatan Darat
- Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Korps Marinir TNI Angkatan Laut
- Detasemen Bravo 90 (Denbravo) TNI Angkatan Udara
- Satuan Antiteror Badan Intelijen Negara
Beberapa penangkapan yang dilakukan Densus 88 sejauh ini adalah menggelar operasi dengan menewaskan Noordin M Top pada 17 September 2009.
Dikutip dari Kompas.com, Noordin merupakan dalang dari sejumlah aksi terorisme besar di Indonesia yang dilumpuhkan di Kampung Kepoh Sari, Mojosongo, Jebres, Surakarta.
Pasukan Densus 88 mengepung rumah tempat Noordin tinggal semalaman sebelum melakukan operasinya.
Pada waktu melakukan operasinya, Densus 88 terlibat baku tembak dengan 4 orang termasuk Noordin.
Setelah melakukan baku tempat, kemudian 4 orang tersebut tewas dan jenazahnya dibawa ke Jakarta.
Ada pula Dr Azahari, teroris yang berumur 48 tahun ini tewas dalam penggerebekan di Batu, 9 November 2005.
Dia merupakan seorang insinyur Malaysia yang diduga kuat menjadi dalang dari Bom Bali 2002, Bom Bali 2005, dan serangan-serangan lainnya yang dilakukan Jemaah Islamiyah (JI).
Dr Azahari dan Noordin M Top, adalah salah dua dari buronan yang paling dicari di Indonesia dan Malaysia.(*)
VO: Saradita
VP: Ika Vidya
#densus88 #densus #polisi #polri #bnpttvchannel
Негізгі бет Sejarah Densus 88 Antiteror, Satuan Khusus Polri yang Tangkap Teroris Noordin M Top & Dr. Azahari
Пікірлер: 24