Tragedi penembakan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II di pelataran Basilika Santo Petrus, Vatikan pada 13 Mei 1981 tercatat sebagai lembaran kelam dalam sejarah kepausan sepanjang dua dekade.
Bapa Suci ditembak empat kali oleh seorang pemuda berkebangsaan Turki, Mehmed Ali Aqca. Dua peluru mengenai perut, satu di tangan kiri, dan sisanya di lengan kanan. Kepanikan pun menjalar dalam sekejab. Sorak-sorai berubah menjadi tangis dan jeritan ketakutan. Mobil kepausan segera melarikan Paus Yohanes Paulus II ke rumah sakit Gemelli, Roma. Paus harus menjalani operasi selama 5 jam karena telah kehilangan tiga perempat darah dalam perjalanan ke rumah sakit.
Agca sendiri melarikan diri setelah membuang pistol yang dibelinya dari seorang pria di Wina, Austria. Namun para penjaga keamanan segera mengadang dan mengamankan. Kemudian dia dijebloskan ke penjara dengan vonis seumur hidup atas dakwaan upaya pembunuhan.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 27 Desember 1983, Bapa Suci mengunjungi Aqca di Penjara Rebibbia, Roma. Keduanya terlibat dalam pembicaraan yang akrab selama 22 menit. “Aku memaafkanmu, saudaraku. Aku mengampuni,” ujar Paus sembari memeluk Mehmed Ali Aqca. Di akhir kunjungannya, Aqca tertunduk haru, mencium cincin Sang Paus.
Selama 20 tahun lebih dipenjara, akhirnya Aqca mendapat grasi atas permintaan Paus Yohanes Paulus II, dan dideportasi ke Turki. Bapa Suci tetap membina hubungan baik dengan Agca dan keluarganya. Saat Paus sakit dan meninggal dunia pada 2 April 2005, Agca mengirim surat duka dan mengaku sangat kehilangan.
27 Desember 2014 adalah kali pertama kemunculan Ali Aqca di depan publik Vatikan. Aqca mengunjungi makam Paus Yohanes Paulus II dan meletakkan karangan bunga sebagai tanda cinta dan hormatnya kepada figur yang telah membuka jalannya menuju kehidupan baru.
Bukan maksud membongkar luka lama. Tapi setidaknya ini selalu dijadikan alarm pengingat bagi siapa pun, warga bumi. Tak ada buah apapun yang dihasilkan dengan menebarkan narasi kebencian, hasutan serta memelihara pertentangan kecuali luka, dendam dan perselisihan yang tak berujung.
Pesan moral dari tragedy ini adalah tentang kasih dan pengampunan. Seperti ujaran Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II sendiri, sebuah dunia yang melenyapkan pengampunan, hanyalah dunia keadilan yang dingin dan tak memiliki perasaan.
Kepada yang punya hati, hendaklah mendengar!
Script & edited by sergius sutanto
music: youtube library
Негізгі бет Tragedi Vatikan 1981
Пікірлер: 140