KHP Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat pada kesempatan ini menyajikan Gendhing Pahargyan atau gendhing-gendhing yang sering dibunyikan pada prosesi upacara adat, perayaan, atau acara-acara jamuan di dalam Keraton Yogyakarta.
Gendhing Uluk-Uluk Laras Slendro Pathet Sanga, Kendhangan Ladrang, Kendhang Kalih adalah gendhing perhormatan untuk menghormati jamuan minum teh di Keraton Yogyakarta. Kata “Uluk” berarti “memberi”, “menjamu” atau “menghormati”. Kata “Uluk-Uluk” juga berarti ucapan dari seorang utusan Sultan untuk disampaikan kepada Patih atau Abdi Dalem Sipat Bupati. Gendhing ini dibunyikan sebagai pertanda Sultan memberi jamuan minuman berupa secangkir teh kepada tamu yang hadir dalam sebuah acara.
Sebagai contoh, pada saat hari raya Idul Fitri, Sri Sultan berkenan menerima kedatangan Abdi Dalem Sipat Bupati (Abdi Dalem yang berpangkat Bupati), untuk melakukan upacara Ngabekten. Setelah semua Abdi Dalem selesai melakukan Ngabekten, Sri Sultan berkenan menjamu dengan minuman teh. Ketika para petugas pembawa teh keluar dari Bangsal Manis, segera dibunyikan Gendhing Uluk-Uluk Laras Slendro Pathet Sanga. Pada awalnya, gendhing ini disajikan secara soran Irama I, setelah iring-iringan pembawa teh sudah mendekati tempat duduk para tamu, gendhing menjadi Irama II. Dalam irama II ini, gendhing disajikan secara uyon-uyon alusan. Setelah semua selesai minum teh, gendhing kembali menjadi Irama I, sembari mengiringi para pembawa teh masuk kembali ke Bangsal Manis.
Негізгі бет Uluk-Uluk
Пікірлер: 9